Senin, 09 Desember 2013

Teknik Budidaya

a. Penanganan Benih dan Persemaian
Pengadaan bibit gaharu sementara dapat memanfaatakn potensi tegakan alam gaharu yang masih tersedia sebagai pohon tegakan benih ( seed stand ). Dalam jangka panjang perlu dibina ketersediaan pohon induk ( seed orchard ) yang berperan sebagai sumber bahan tanaman dalam membina budidaya serta sekaligus upaya pelestarian sumberdaya genetik jenis gaharu. Pengadaan bibit gaharu dapat berasal dari biji, anakan cabutan alam, dan stump . Pengunduhan biji dapat dilakukan dari pohon induk. Anakan alam diperoleh dari hasil cabutan yaitu dengan cara mengambil bibit cabutan alam yang memiliki tinggi 15-20 cm, daun lebih dari 6 helai, dan di persemaian akarnya diberi perlakuan hormon tumbuh Rootone-F sebesar 200 ppm dan dipelihara di persemaian sampai umur 4 bulan. Bibit dengan stump bisa diperoleh dari anakan alam maupun lewat persemaian dengan membuat potongan stump dengan panjang batang atas 5 cm dan panjang bagian bawah (akar) 10 cm yang diikuti pemotongan akar serabut dan diberi perlakuan Rootone-F sebesar 200 ppm sebelum ditanam di lapangan. Pengadaan benih gaharu yang berasal dari biji bisa dilakukan dengan pemungutan buah yang telah masak fisiologis. Buah masak jenis Gyrinops verstegii (Gig) Domke terbanyak terjadi pada bulan Januari-Februari dan di luar bulan tersebut gaharu berbuah sangat sedikit. Buah bentuknya bulat lonjong sebesar biji kacang tanah yang telah dikupas, dengan ukuran tinggi 1 cm dan lebar 0,5 cm. Buah tua dicirikan kulit berwarna hijau kekuning-kuningan dan cangkang buah belum merekah. Pemungutan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon dan menjatuhkan buah dengan galah berkait agar buah dapat berjatuhan dan selanjutnya biji dikeluarkan dari buah masak dan segera didederkan di bedeng tabur, karena biji gaharu tidak tahan lama dalam penyimapanan (bersifat recasiltran). Setiap buah mengandung 3-4 biji. Dalam 1 kg buah gaharu terdapat 3.000 biji dengan daya kecambah 65 %. Pemakaian Rootone-F dalam perkecambahan biji dapat meningkatkan persen kecambah sampai 85 % (Surata, 2004). Selanjutnya penyapihan dilakukan di bedeng sapih dengan menggunakan polybag 15 cm x 20 cm, media semai tanah : kompos 4 :1. Persemaian di bedeng sapih dapat menggunakan persemaian permanen ( shade house ) dan persemaian konvensional. Setelah penyapihan maka dilakukan penyiram setiap hari. Bibit gaharu memerlukan umur > 6 bulan di persemaian sebelum ditanam di lapangan. Sebelum pemindahan bibit ke lapangan maka perlu dilakukan pemotongan akar yang tembus polybag dan hardening of (aklimatisasi) yang dilakukan sebulan sebelum penanaman.
b. Teknik Penanaman
Sesuai dengan sifat fisiologis pohon gaharu yang mempunyai sifat toleran (memerlukan naungan) pada awal pertumbuhannya ( vegetaif growth ), maka persiapan lahan tanaman perlu diiringi persiapan pohon penaung. Letak tanaman ditata dalam jalur berjarak 3 atau 6 m yang dibersihkan secara jalur sekitar 1 m dan pohon atau semak di sekitarnya dibiarkan sebagai penaung. Jarak tanam dalam jalur 3 m atau 6 m, lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm. Modifikasi jarak tanam ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi tapak setempat jenis pohon penaung yang sudah ada dengan pengaturan pohon penaung sebesar 50 %. Sebaiknya gaharu ditanam pada awal musim hujan, agar bibit yang ditanam mempunyai waktu yang cukup panjang untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pada musim kemarau pertama tanaman sudah cukup kuat untuk menghadapi keadaan cuaca yang kering dan panas di lapangan.

c. Pola Tanam

Pola tanam budidaya gaharu disesuaikan dengan sifat fisiologis tumbuhan inang gaharu yang memerlukan pohon penaung. Beberapa teknik alternatif yang dapat diterapkan antara lain dengan memanfaatkan pohon penaung yang sudah ada (sistem perkayaan jalur) dan pembutan hutan tanaman dengan menanam pohon penaung jenis cepat tumbuh (pola hutan campuran), baik pada hutan produksi maupun hutan rakyat. Pola penaung pada hutan alami (sistem perkayaan) dapat diterapkan dengan membebaskan tajuk pohon penaung yang sudah ada. Menurut Surata (2002) pertumbuhan inang gaharu jenis Gyrinops verstegii (Gig) Dom di Pusuk Pulau Lombok, paling baik bilamana ditanam di bawah naungan pohon hutan alam 50 % (Tabel 2). Penggunaan naungan ini menunjukkan bahwa pada musim kemarau pertumbuhan tinggi, diameter, dan persen tumbuh lebih baik serta warna daun lebih hijau, jumlah daun lebih banyak, dan kondisi vigor tajuk tanaman lebih sehat; demikian sebaliknya yang dengan tanpa penaung pertumbuhan tanaman lebih rendah. Penggunaan pohon penaung mempengaruhi iklim mikro seperti meningkatkan kelembaban udara serta menurunkan intensitas penyinaran, temperatur udara dan temperatur tanah pada musim kemarau dan hal ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan gaharu di daerah kering Nusa Tenggara yang mempunyai iklim kering yang agak panjang (8 bulan).

d. Pemeliharaan
Pemeliharaan akan sangat menentukan produksi gaharu pada saat tegakan masih muda. Pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan tanaman muda, pemeliharaan tegakan lanjutan, dan perlindungan tanaman. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan sejak bibit ditanam di lapangan sampai terbentuknya tegakan hutan yaitu pada saat tajuk hutan mulai menutup meliputi penyulaman, penyiangan, dan pandangiran. Penyulaman dilakukan dua kali yaitu pada tahun tanam berjalan dan umur satu tahun sampai tercapainya persen tumbuh 80 %. Penyiangan dilakukan 2 kali setahun atau disesuaikan dengan keadaan pertumbuhan gulma dan pendangiran dilakukan setahun sekali. Pemeliharaan tegakan lanjutan dilakukan sejak tajuk hutan menutup dengan pohon penaung sampai tegakan mencapai umur panen gaharu dengan melakukan pemangkasan dan penjarangan pohon penaung yang ditujukan untuk memberi kesempatan tumbuh yang sebaik-baiknya pada setiap pohon inang gaharu. Pemeliharaan tegakan juga dilakukan pada inang gaharu yang terlalu rapat, dilakukan untuk mengurangi terjadinya persaingan antar pohon dalam rangka meningkatkan kesehatan, kualitas, dan nilai tegakan. Penjarangan pohon inang gaharu bisa juga didahului dengan mempercepat mengadakan penularan secara intensif pada pohon yang akan dijarangi selagi pohon masih muda, sehingga apabila pohon tersebut dipotong hasil penjarangan bisa dimanfaatkan.
Sumber : http://lubay-lubay.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-gaharu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar