Senin, 09 Desember 2013

Jenis dan Habitus

Susatyo (1983) dalam Sumarna (2007) melaporkan bahwa beberapa ciri morfologis, sifat fisik, sebaran tumbuh serta nama daerah jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia sebagai berikut:
a. Aquilaria spp. Pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35-40 m, berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5-8 cm dan lebar 3-4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting atau diketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polongan berbentuk bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm lebar. Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus berwarna kemerahan.
b. A. malaccensis di wilayah potensial dapat mencapai tinggi pohon sekitar 40 m dan diameter 80 cm, beberapa nama daerah seperti: ahir, karas, gaharu, garu, halim, kereh, mengkaras dan seringak. Tumbuh pada ketinggian hingga 750 m dpl pada hutan dataran rendah dan pegunungan, pada daerah yang beriklim panas dengan suhu rata-rata 32° C dan kelembaban sekitar 70%, dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun.
c. A. microcarpa tinggi sekitar 35 m berdiameter sekitar 70 cm dengan nama daerah tengkaras, engkaras, karas, garu tulang, dan lain-lain. Sedangkan A. filaria tinggi pohon antara 15-18 m berdiameter sekitar 50 cm, di Irian Jaya memiliki nama daerah age dan di Maluku las. Tumbuh di hutan dataran rendah, rawa hingga ketinggian sekitar 150 m, pada kawasan beriklim kering bercurah hujan sekitar 1.000 mm/th. A. beccariana, memiliki nama daerah mengkaras, gaharu dan gumbil nyabak. Tumbuh hingga ketinggian 850 m.dpl pada kondisi kawasan beriklim kering dengan curah hujan sekitar 1.500 mm/th.
d. Gyrinops spp. Tumbuhan gaharu jenis ini berbentuk sebagai pohon yang memiliki ciri dan sifat morfologis yang relatif hampir sama dengan kelompok anggota famili Thymeleacae lainnya. Daun lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata, ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm. Buah berwarna kuning- kemerahan dengan bentuk lonjong. Batang abu-kecoklatan, banyak cabang, tinggi pohon dapat mencapai 30 m dan berdiameter sekitar 50 cm. Daerah sebaran tumbuh di wilayah Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan potensi terbesar berada di Irian Jaya (Papua).
e. Aetoxylon spp. Pohon dengan rataan tinggi sekitar 15 m, berdiameter antara 25-75 cm, kulit batang ke abu-abuan atau kehitam-hitaman dan bergetah putih. Bentuk daun bulat telur, lonjong, licin dan mengkilap dan bertanggkai daun sekitar 8 mm. Bunga dalam kelompok berjumlah antara 5-6 bunga, berbentuk seperti payung, dengan panjang tangkai bunga sekitar 9 mm, bentuk bunga membulat atau bersegi lima berdiameter sekitar 4 mm, buah membulat panjang sekitar 3 cm dan lebar 2 cm, serta tebal 1 cm. Tumbuh pada kawasan hutan dataran rendah dengan lahan kering berpasir, beriklim sedang dengan curah hujan sekitar 1.400 mm/th, bersuhu sekitar 27° C dan berkelembaban sekitar 80%. Gaharu dari jenis ini memiliki nama daerah sebagai kayu biduroh, laka, garu laka, garu buaya, dan pelabayan.
f. Gonystylus spp. Memiliki ciri dan sifat morfologis dengan tinggi dapat mencapai 45 m dan berdiameter antara 30-120 cm, memiliki tajuk tipis, dan berakar napas (rawa), Bedaun tunggal, berbentuk bulat telur, panjang 4-15cm, lebar 2-7 cm dengan ujung runcing, bertangkai daun 8-18 mm, licin dengan warna hijau-kehitaman. Bunga berbentuk malai berlapis dua, muncul diujung ranting atau ketiak daun, berwarna kuning, tangkai bunga panjang sekitar 1,5 cm. Berbuah keras,berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, memiliki 3 ruang, panjang 4-5 cm, lebar 3-4 cm, benih berwarna hitam. Gaharu dari jenis ini umumnya terbentuk pada bekas taksis duduk cabang, sehingga bentuk gaharu terbentuk umumnya berbentuk bulatan-bulatan. Nama daerah gaharu dari kelompok jenis ini adalah: karas, mengkaras, garu, halim, alim, ketimunan, pinangbae, nio, garu buaya, garu pinang, bal, garu hideung, bunta, mengenrai, udi makiri, sirantih, dan lain-lain.

g. Enkleia spp.
Tumbuhan penghasil gaharu dari kelompok jenis ini berbentuk tumbuhan memanjat (liana) dengan panjang mencapai 30 m berdiameter sekitar 10 cm, batang kemerah-merahan, beranting dan memiliki alat pengait. Bunga berada diujung ranting, bertangkai bunga dengan panjang mencapai 30 cm, bunga berwarna putih atau kekuningan, Buah bulat-telur, panjang 1,25 cm dan lebar 0,5 cm. Dikenal dengan nama daerah tirap akar, akar dian dan akar hitam, garu cempaka, garu pinang, ki laba, medang karan, mengenrai, udi makiri, garu buaya, bunta, dan lain-lain.
h. Wiekstroemia spp. Pohon berbentuk semak dengan tinggi mencapai sekitar 7 m dan diameter sekitar 7,5 cm, ranting kemerah-merahan atau kecoklatan. Daun bulat telur, atau elips/lancet, panjang 4-12 cm dan lebar 4 cm. Helai daun tipis, licin di dua permukaan, bertangkai daun panjang 3 cm. Bunga berada diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk malai dan tiap malai menghasilkan 6 bunga dengan warna kuning, putih kehijauan atau putih, dengan tangkai bunga sekitar 1 mm, mahkota bunga lonjong atau bulat telur dengan panjang 8 mm dan lebar 5 mm berwarna merah. Kelompok gaharu dari jenis-jenis ini dikenal memiliki nama daerah, layak dan pohon pelanduk, kayu linggu, menameng atau terentak.
i. Dalbergia sp. Sementara hanya ditemukan 1 jenis yakni D. parvifolia sebagai salah satu dari anggota famili Leguminoceae merupakan tumbuhan memanjat (liana) dan produk gaharunya kurang disukai pasar.
j. Excoccaria sp. Genus ini hanya ditemukan 1 jenis yakni E. agaloccha yang merupakan anggota famili Euphorbiacae tergolong tumbuhan tinggi dengan tinggi pohon antara 10-20 m dan dapat mencapai kelas diameter sekitar 40 cm. Produksi gaharunya kurang disukai pasar.

Sumber:http://www.enggangborneo.com/2013/01/jenis-jenis-pohon-penghasil-gaharu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar