a. Aquilaria spp.
Pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35-40 m,
berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berwarna putih atau
keputih-putihan dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran
panjang 5-8 cm dan lebar 3-4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau
mengkilat. Bunga berada diujung ranting atau diketiak atas dan bawah
daun. Buah berada dalam polongan berbentuk bulat telur aatau lonjong
berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm lebar. Biji/benih berbentuk
bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus berwarna
kemerahan.
b. A. malaccensis
di wilayah potensial dapat mencapai tinggi pohon sekitar 40 m dan
diameter 80 cm, beberapa nama daerah seperti: ahir, karas, gaharu,
garu, halim, kereh, mengkaras dan seringak. Tumbuh pada ketinggian
hingga 750 m dpl pada hutan dataran rendah dan pegunungan, pada daerah
yang beriklim panas dengan suhu rata-rata 32° C dan kelembaban sekitar
70%, dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun.
c. A. microcarpa
tinggi sekitar 35 m berdiameter sekitar 70 cm dengan nama daerah
tengkaras, engkaras, karas, garu tulang, dan lain-lain. Sedangkan A.
filaria tinggi pohon antara 15-18 m berdiameter sekitar 50 cm, di Irian
Jaya memiliki nama daerah age dan di Maluku las. Tumbuh di hutan
dataran rendah, rawa hingga ketinggian sekitar 150 m, pada kawasan
beriklim kering bercurah hujan sekitar 1.000 mm/th. A. beccariana,
memiliki nama daerah mengkaras, gaharu dan gumbil nyabak. Tumbuh hingga
ketinggian 850 m.dpl pada kondisi kawasan beriklim kering dengan
curah hujan sekitar 1.500 mm/th.
d. Gyrinops spp.
Tumbuhan gaharu jenis ini berbentuk sebagai pohon yang memiliki ciri
dan sifat morfologis yang relatif hampir sama dengan kelompok anggota
famili Thymeleacae lainnya. Daun lonjong memanjang, hijau tua, tepi
daun merata, ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm. Buah
berwarna kuning- kemerahan dengan bentuk lonjong. Batang
abu-kecoklatan, banyak cabang, tinggi pohon dapat mencapai 30 m dan
berdiameter sekitar 50 cm. Daerah sebaran tumbuh di wilayah Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara dan potensi terbesar berada di Irian Jaya
(Papua).
e. Aetoxylon spp. Pohon
dengan rataan tinggi sekitar 15 m, berdiameter antara 25-75 cm, kulit
batang ke abu-abuan atau kehitam-hitaman dan bergetah putih. Bentuk
daun bulat telur, lonjong, licin dan mengkilap dan bertanggkai daun
sekitar 8 mm. Bunga dalam kelompok berjumlah antara 5-6 bunga,
berbentuk seperti payung, dengan panjang tangkai bunga sekitar 9 mm,
bentuk bunga membulat atau bersegi lima berdiameter sekitar 4 mm, buah
membulat panjang sekitar 3 cm dan lebar 2 cm, serta tebal 1 cm. Tumbuh
pada kawasan hutan dataran rendah dengan lahan kering berpasir,
beriklim sedang dengan curah hujan sekitar 1.400 mm/th, bersuhu sekitar
27° C dan berkelembaban sekitar 80%. Gaharu dari jenis ini memiliki
nama daerah sebagai kayu biduroh, laka, garu laka, garu buaya, dan
pelabayan.
f. Gonystylus spp.
Memiliki ciri dan sifat morfologis dengan tinggi dapat mencapai 45 m
dan berdiameter antara 30-120 cm, memiliki tajuk tipis, dan berakar
napas (rawa), Bedaun tunggal, berbentuk bulat telur, panjang 4-15cm,
lebar 2-7 cm dengan ujung runcing, bertangkai daun 8-18 mm, licin
dengan warna hijau-kehitaman. Bunga berbentuk malai berlapis dua,
muncul diujung ranting atau ketiak daun, berwarna kuning, tangkai bunga
panjang sekitar 1,5 cm. Berbuah keras,berbentuk bulat telur dengan
ujung meruncing, memiliki 3 ruang, panjang 4-5 cm, lebar 3-4 cm, benih
berwarna hitam. Gaharu dari jenis ini umumnya terbentuk pada bekas
taksis duduk cabang, sehingga bentuk gaharu terbentuk umumnya berbentuk
bulatan-bulatan. Nama daerah gaharu dari kelompok jenis ini adalah:
karas, mengkaras, garu, halim, alim, ketimunan, pinangbae, nio, garu
buaya, garu pinang, bal, garu hideung, bunta, mengenrai, udi makiri,
sirantih, dan lain-lain.
g. Enkleia spp. Tumbuhan penghasil gaharu dari kelompok jenis ini berbentuk tumbuhan memanjat (liana) dengan panjang mencapai 30 m berdiameter sekitar 10 cm, batang kemerah-merahan, beranting dan memiliki alat pengait. Bunga berada diujung ranting, bertangkai bunga dengan panjang mencapai 30 cm, bunga berwarna putih atau kekuningan, Buah bulat-telur, panjang 1,25 cm dan lebar 0,5 cm. Dikenal dengan nama daerah tirap akar, akar dian dan akar hitam, garu cempaka, garu pinang, ki laba, medang karan, mengenrai, udi makiri, garu buaya, bunta, dan lain-lain.
h. Wiekstroemia spp.
Pohon berbentuk semak dengan tinggi mencapai sekitar 7 m dan diameter
sekitar 7,5 cm, ranting kemerah-merahan atau kecoklatan. Daun bulat
telur, atau elips/lancet, panjang 4-12 cm dan lebar 4 cm. Helai daun
tipis, licin di dua permukaan, bertangkai daun panjang 3 cm. Bunga
berada diujung ranting atau ketiak daun, berbentuk malai dan tiap malai
menghasilkan 6 bunga dengan warna kuning, putih kehijauan atau putih,
dengan tangkai bunga sekitar 1 mm, mahkota bunga lonjong atau bulat
telur dengan panjang 8 mm dan lebar 5 mm berwarna merah. Kelompok
gaharu dari jenis-jenis ini dikenal memiliki nama daerah, layak dan
pohon pelanduk, kayu linggu, menameng atau terentak.
i. Dalbergia sp.
Sementara hanya ditemukan 1 jenis yakni D. parvifolia sebagai salah
satu dari anggota famili Leguminoceae merupakan tumbuhan memanjat
(liana) dan produk gaharunya kurang disukai pasar.
j. Excoccaria sp.
Genus ini hanya ditemukan 1 jenis yakni E. agaloccha yang merupakan
anggota famili Euphorbiacae tergolong tumbuhan tinggi dengan tinggi
pohon antara 10-20 m dan dapat mencapai kelas diameter sekitar 40 cm.
Produksi gaharunya kurang disukai pasar.
Sumber:http://www.enggangborneo.com/2013/01/jenis-jenis-pohon-penghasil-gaharu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar